Bulu Perindu Sukma
https://encrypted-tbn1.google.com/images?q=tbn:ANd9GcSMuyclZRZF-E5jwtOBQjHBauWr8ApIiVvOzvpSnDtVTLyvMhvk_A
Bulu Perindu Asli Kalimantan
http://3.bp.blogspot.com/-xmTT4hSP4Y0/U3cXlQ58WEI/AAAAAAAAAGE/YVDQ8thOGbo/s1600/10342009_474747462656295_8105383633532268584_n.png
Di dalam blog ini akan saya jelaskan tentang khasiat dari Bulu Perindu yang melegenda yang khasiat utamanya adalah sebagai media pengasihan atau pemikat lawan jenis,baik Pria ataupun Wanita. Bulu perindu dapat mengatasi Solusi asmara anda yang kandas,pacar di ambil orang,cinta bertepuk sebelah tangan, dan semua yang berhubungan dengan asmara ..
Ciri - ciri keaslian
Jika di tetesi / dibasahi air dan di letakkan di atas lantai atau sehelai kertas, maka secara menakjub kan Bulu Perindu tersebut akan menggeliat - geliat laksana seekor cacing. Sepasang Bulu Perindu jika di dekatkan / dipertemukan ujung - ujungnya, secara ajaib akan berangsur - angsur saling mendekat dan melilit.
Testing Video Keaslian Bulu Perindu Sukma

mahar tingkat satu 300.000 sudah ongkos kirim
khasiatnya antara lain.. pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita.
mahar tingkat Dua 550.000 ribu sudah ongkos kirim
Khusus yang tingkat dua perbedaanya dengan tingkat satu adalah khusus bagi yang sudah berumah tangga atau sudah menikah, mengapa demikian karena power atau bulu perindu tingkat 2 mempunyai power 2x lebih besar dari tingkat 1 karena untuk orang yang sudah menikah rata-rata mempunyai aura yang sudah melemah karena faktor energi cakranya yang meredup akibat sudah seringnya berhubungan badan, jadi di butuhkan kekuatan ekstra untuk
menggunakan bulu perindu ini.
kekuatan bulu perindu tingkat 2 ini di fokuskan untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh/pergi dengan laki-laki lain atau sudah tidak cinta lagi
khasiatnya antara lain..
pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita tanpa ritual,puasa dan tanpa pantangan juga bisa di wariskan ke Anak CucuTanpa perlu panjang lebar berikut Testimoni para pemakai Bulu Perindu Sukma.


"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"

"Bagi Para Pria dan wanita Yang Ingin Berhasil Dalam Mengatasi masalah asmara,jodoh,perselingkuhan,agar di sayang atasan dan juga pelaris usaha,Bisa Menggunakan Bulu Perindu Ini Sebagai Solusi"
Gak banyak-banyak deh, Cuma mo bilang makasih kepada Bapak Hendro Susilo atas bantuannya. Kini istri saya semakin sayang dan perhatian , Buluh perindunya mantabs banget deh pokoknya.

Mondanamondan***@gmail.com
Muhammad Akbar
Karyawan Bank Swasta
Jl. Pahlawan No. 59 Bandung

Awalnya percaya nggak percaya sih. Namun ternyata gadis impianku kini bisa berada di sampingku. Buluh perindu dari Bapak Hendro Susilo memang bisa diandalkan.tempo beberapa hari sudah ada reaksinya Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Hendro S.

Rohmat _ megacom***@yahoo.co.id
SMK Tunggal Cipta, Sambirejo, Barukan, Manisrenggo


Ragu pada saat melihat-lihat di google karena memang sangat banyak yang menawarkan Buluh Perindu. Belum lagi komentar dari orang-orang yang bernada “miring” ditambah lagi dengan pengalaman pahit product sejenis yang tidak bereaksi apa-apa membuat saya menjadi malas. Tapi entah kenapa dengan Bapak hendro Susilo ini saya merasakan ada yang berbeda, akhirnya saya putuskan untuk mencoba menggunakan Buluh Perindu dari bapak Hendro Susilo dengan modal spekulasi. Kalau berhasil ya Alhamdulilah jika masih gagal ya sudahlah namanya juga usaha. Beberapa waktu sejak order Buluh Perindu datang sepertinya tidak terjadi perubahan namun saya tetap konsisten menjalanka Ibadah dan senantiasa berdoa dan tidak berapa lama akhirnya masalah saya terselesaikan. Usaha saya lancar jaya..

Dedi Mulyono
Pengusaha Bisnis Retail
Hallibrezekimelim***@yahoo.com
Jl.Jend.Sudirman no.32 Makasar


Mohon maaf kepada Bapak Hendro Susilo, awalnya saya sempat meremehkan Buluh Perindu dari Bapak karena pengalaman buruk saya menggunakan Buluh Perindu dari orang lain tidak berhasil. Berkat saran- saran dari Bapak untuk menjalankan amalan-amalan ibadah dengan konsisten akhirnya saya dapat menyelesaikan masalah yang mendera saya. Buluh Perindu dari Bapak Hendro Susilo memang manjur. Terimakasih
Titik _ titikban***@plasa.com
Jl. Gajah Mada, Bangil, Jawa Timur

Akhirnya Hutang Gue bisa gue cicil memang hebat resep dari mas Hendro Susilo. Maju terus Buluh Perindu nya ya mas.
Binsamdonysemestar***@plasa.com
Jl. Raya Cetho - Sukuh, Karanganyar

Mas Hendro, Masalah sudah terselesaikan, terimakasih banyak. Jempolan memang Buluh Perindunya. alhamdulillah istri saya yang pergi sudah kembali ke rumah dan keluarga kami semakin harmonis.
Roihanabadipuls***@ymail.com
Tuban, Jawa Timur

Bener-bener beda, syarat ndak repot, Buluh Perindunya bisa diwarisin lagi. Dimana coba bisa nemu produk seperti ini. Btw terimakasih kang Hendro Susilo. Masalah yang lalu kini tinggal masa lalu. Sekarang saatnya menikmati kehidupan yang baru. Suamiku sudah tidak suka selingkuh lagi, dan semakin betah di rumah setelah pulang dari kantor.
dewi _ mutia***@yahoo.com
Playen, Gunungkidul

Asalkan sabar dan terus berupaya semuanya akan bisa teratasi. Yang penting jangan menyerah dan tetap lakukan amalan-amalannya dan tunggu hasilnya. Di di usia yang ke 38 tahun akhirnya saya mendapatkan istri yang cantik . Saya tidak ragu untuk merekomendasikan produk Bapak Hendro Susilo yang terkenal dengan Buluh Perindunya.
Sanudin _ sanu***@yahoo.com
Jl Parakan Paat 3 no 142 Rt 01 Rw 07 Kel Cis Endah

Jadi gak takut nih mo nyicil barang-barang, semuanya bisa terlunasi kok sekarang. Penghasilan udah nambah, memang gak banyak banget tapi alhamdulillah . Terima kasih Pak Hendro udah bantuin. dan saya semakin rajin berinfak atas saran pak Hendro Susilo
imronmuslimin***@gmail.com
Ds. Tegalrejo RT 03 / RW 02 Kec. Merakurak, Tuban

Mau kasih testimoni apa ya? Susah juga kalo gak nyobain sendiri. Pokoke Buluh Perindu. Top markotop deh Mas Hendro nya..
MrMmultisejaht***@rocketmail.com
Kp. Cibogo RT 01 RW 01 Ds. Sukajadi.

Pembayaran dapat di lakukan ke salah satu rekening di bawah ini:
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
No. Rekening : 3831172434
Nama Pemilik : Hendro Susilo
No. Rekening : 105-00-1057268-7
Nama Pemilik : Hendro Susilo

setelah transfer harap konfirmasi sms ke no HP 082164632944 PIN BBM : 29B41722 ( Hendro Susilo ) sertakan juga no hp dan alamat lengkap saudara untuk memudah kan pengirimam bulu perindu. bulu perindu dan tata cara penggunaanya akan di kirim melalui JASA JNE,TIKI DAN POS


SEBAGIAN KECIL TESTIMONI DARI BBM DAN MASIH BANYAK LAGI
http://4.bp.blogspot.com/-t9cfv5ch0kA/U3cXbmt5auI/AAAAAAAAAF8/sUX8C0C0GzQ/s1600/6DSAu0a.png
Bukti pengiriman JNE dan Pos Indonesia
http://4.bp.blogspot.com/-N1-1hyDbfFY/VR0FUJ4wULI/AAAAAAAAAhI/4VzCHfL64yw/s1600/ilmu%2Bpelet%2Bbulu%2Bperindu.JPG

ALAMSYAH DIAJAK ORANG BUNIAN NAIK PESAWAT TERBANG

Bookmark and Share
Penulis : RITA SIANIPAR





Ini adalah kisah mistis seorang pemuda bernama Alamsyah. Suatu ketika, dia dibawa orang Bunian mengarungi perjalanan gaib dengan naik pesawat. Perjalanan antara Medan menuju Jakarta. Bagaimana kisah mistisnya...?



Rumah itu agak terpencil dari rumah-rumah penduduk lainnya. Walaupun halamannya luas, namun pekarangannya tidak terawat. Rumput liar dan sampah daun kering memenuhi halaman itu. Pepohonan rindang seperti jambu air, jambu biji, bahkan mangga yang berbuah lebat dibiarkan tumbuh begitu saja, seolah tidak ada yang mengurusnya.

Aku sempat heran bila melewati rumah tersebut yang selalu sepi tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Tapi setiap melewati rumah itu, aku merasa ada sepasang mata yang selalu memperhatikan langkahku.

Mulanya aku tidak memperdulikan hal tersebut. Maklumlah, sebagai warga baru di kampung itu, aku sedang dalam tahap perkenalan.

Sebagai seorang penyuluh pertanian yang ditempatkan pemerintah, aku harus bisa bersosialisasi dengan penduduk kampung tempatku bertugas. Aku pun mulai hafal satu persatu nama penduduk serta rumahnya.

Tak jarang, bila berpapasan dengan warga, aku yang duluan tersenyum dan mengulurkan tangan sambil memperkenalkan diri dan keluargaku. Ya, namanya tinggal di perkampungan, tentu haruslah pandai membawa diri. Lain dengan hidup di kota, karena kesibukan masing-masing, antar warga satu kompleks saja tidak saling mengenal.

Siang itu, usai menghadiri pertemuan di Balai Desa, aku berjalan melewati rumah besar yang di mataku sepertinya menyimpan keanehan itu. Tiba-tiba, dari rerimbungan pohon jambu air di pekarangan rumah itu, keluar seorang laki-laki setengah baya bertubuh kurus, rambutnya memutih dengan potongan yang tak beraturan.

Baju kaos dan celana komprang yang dikenakan si lelaki sudah memudar warnanya di makan usia. Saat itu, dia hanya memandangiku. Aku tersenyum dan mencoba berkomunikasi dengannya.

Namun dia hanya diam saja. Dua jari tangannya didekatkan ke arah bibirnya. Aku mencoba memahami isyaratnya itu dengan menjulurkan sebungkus rokok kepadanya.

Tangan lelaki tua itu meraih rokok yang kusodorkan, lalu mengambil sebatang. Aku segera menyodorkan mancis yang sudah kuhidupkan ke arah rokok yang terlelip di bibirnya. Lelaki itu lalu menyalakan rokok dan menghisapnya dalam-dalam. Bibirnya bergerak-gerak, namun tak ada terdengar suara yang keluar dari sana.

Sebelum berlalu, aku memberikan bungkusan rokok yang kumiliki padanya. Namun dia menolak dan hanya mengambil sebatang saja, setelah itu dia berjalan ke arah rumah tuanya.

Sore harinya, karena penasaran dengan sosok lelaki tua itu, aku mendatangi rumah Pak Umar, kepala dusun. Tujuanku ingin bersilaturahmi sekaligus mengetahui siapa sosok misterius penghuni rumah berhalaman luas, yang di mataku juga terkesan misterius itu.

Saat kuceritakan pada Pak Umar tentang pertemuanku dengan lelaki itu, Pak Umar terkejut dan berkata, "Kenapa, apakah Pak Iwan diganggu oleh Alamsyah?"

"Tidak, Pak, hanya saja ketika saya lewat siang tadi, dia berdiri di pingir halamannya, lalu saya menyodorkan rokok padanya. Namun anehnya, dia hanya mengambil sebatang saja, padahal saya sudah ikhlas bila dia mengambil sebungkus rokok tersebut," ceritaku pada Pak Umar.

Pak Umar menarik nafas berat. "Ya, begitu dia. Alamsyah memang selalu demikian. Dia selalu minta rokok pada setiap orang yang dijumpainya. Tapi bila disodori sebungkus, dia hanya mengambil sebatang saja, setelah itu dia berlalu," jelasnya.

Pak Umar melanjutkan bahwa, dulunya Alamsyah adalah pemuda yang rajin bekerja. Tapi sejak dia dibawa pergi orang Bunian naik pesawat terbang dan menghilang beberapa lama, dia jadi lupa ingatan, lupa pada dirinya sendiri.

"Orang Bunian itu dari suku apa, Pak?" Tanyaku.

"Nak Iwan, orang Bunian itu adalah sebangsa makhluk halus." jelas pak Umar.

Selanjutnya Pak Umar menceritakan tentang laki-laki bernama Alamsyah itu padaku. Inilah ceritanya....

Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1970-an. Pada masa itu, bepergian dengan pesawat merupakan pengalaman istimewa. Hanya para pejabat dan orang kaya sajalah yang dapat melakukan perjalanan udara tersebut.

Kala itu, Alamsyah baru berumur 20 tahun. Sebagai pemuda miskin, Alamsyah ingin merubah nasib keluarganya. Dia sudah bosan tinggal di desanya. Apalagi kehidupan keluarganya yang miskin mengharuskannya bekerja keras sebagai petani penggarap.

Rasanya, Alamsyah sudah membanting tulang seharian, namun hasil yang diperoleh tidaklah memadai, hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Merasakan keadaan hidup yang sedemikian, Alamsyah suka melamun sendirian, terutama bila dia melihat pesawat terbang yang melintas di atas pematang sawahnya. Dia mengkhayal, apakah dirinya dapat menikmati duduk di dalam pesawat itu. Dan impiannya naik pesawat terbang selalu diceritakan pada para tetangganya.

Bagi penduduk desa tempatnya tinggal, jangankan untuk naik pesawat, melihat besarnya pesawat itu dari dekat saja mereka tidak pernah. Sehingga bila Alamsyah menceritakan impiannya, mereka selalu menertawakan dan mengolok-oloknya.

Tapi Alamsyah tidak pantang menyerah. Suatu ketika, ada tetangga dusun sebelah yang akan berangkat haji. Dia pun ikut rombongan mengantar ke kota Medan. Tujuannya hanya ingin ke Bandara Polonia dan melihat dari dekat badan pesawat terbang.

Alangkah kagumnya dia, tatkala melihat ukuran pesawat yang sedemikian besarnya. Apalagi saat pesawat itu mulai lepas landas, tanpa sadar tangan Alamsyah melambai-lambai.

Sepulangnya ke rumah, keinginan Alamsyah untuk naik pesawat terbang semakin menggebu-gebu. Untuk mewujudkan impiannya itu, Alamsyah semakin rajin bekerja. Kadang, seharian dia mencangkul di ladangnya dan baru pulang bila malam menjelang.

Seperti yang terjadi hari itu. Saat matahari sudah condong ke barat, para petani yang bekerja, satu-persatu mulai meninggalkan ladangnya. Namun Alamsyah belum beranjak jua. Tanpa disadarinya, malam sudah menjelang. Dan hanya Alamsyah sendiri yang masih mencangkul di ladangnya.

Saat itulah, entah dari mana asalnya, Alamsyah mendengar suara keramaian. Dia menghentikan pekerjaannya. Tatkala diperhatikan, di sekelilingnya bukan lagi persawahan, namun telah menjelma menjadi sebuah kota yang sangat indah.

Lampu-lampu terang benderang menghiasi setiap sudut kota itu. Alamsyah melihat orang-orang hilir mudik dengan pakaian yang indah. Ada yang berjalan dengan membawa belanjaan, tapi ada juga yang menaiki kuda.

Dalam keheranannya, Alamsyah merasa bahunya ditepuk seseorang. Saat dia melihat ke belakang, kagetlah dia karena yang menepuk bahunya adalah seorang gadis yang sangat cantik. Gadis itu tersenyum padanya.

"Apakah Abang penghuni baru kota ini, karena saya tidak pernah melihat Abang sebelumnya?" Tanya gadis itu.

"Kamu siapa? Dan aneh, saya berada di mana sekarang? Kalau tidak salah tadi saya sedang mencangkul di sawah. Tapi kenapa saat ini saya sudah berada di kota ini?" Alamsyah keheranan.

Gadis itu kembali tersenyum. Dan senyumnya kali ini seakan telah membius kesadaran Alamsyah, sehingga dia mendadak lupa pada keheranannya sendiri.

Namun, gadis itu kemudian berujar dengan suara teramat lembut, "Perkenalkan, saya Laila, salah seorang warga penghuni kota ini, Bang. Benar kata Abang tadi, bila matahari bersinar, tempat ini merupakan persawahan. Tapi bila hari senja, disini adalah tempat tinggal kami. Perkampungan orang Bunian."

Alamsyah melongo. Dia sungguh-sungguh sulit percaya dengan apa yang baru saja dikatakan gadis yang menyebut dirinya sebagai Laila itu.

"Ah, sudahlah, Bang!" Cetus Laila melihat lawan bicaranya yang tampak seperti orang linglung. Dia lalu melanjutkan, "Saya lihat Abang lelah dan belum makan. Sebaiknya Abang istirahat di rumah saya."

Laila, gadis Bunian itu kemudian membimbing Alamsyah berjalan. Bagai orang dihipnotis, Alamsyah menuruti saja langkah Laila. Dengan bingung Alamsyah melihat di sisi kanan kiri jalan bangunan-bangunan kuno tertata apik dan rapi. Sesekali juga mereka berpapasan dengan penduduk kota tersebut, dan terlihat memperhatikan kehadiran Alamsyah.

Mereka akhirnya sampai di depan sebuah pintu gerbang rumah yang dijaga oleh pengawal. Dengan isyarat tangan Laila, Alamsyah dan gadis itu masuk ke dalam ruangan yang ternyata merupakan sebuah istana.

Alamsyah kagum melihat perabotan rumah yang begitu indah. Meja dan kursi serta hiasan dindingnya berukiran indah. Sementara itu perabotan makannya terbuat dari perak.

Puas mengagumi keindahan istana itu, Laila membawa Alamsyah ke sebuah kamar dan menyodorkan pakaian padanya.

"Abang mandilah dahulu dan berganti pakaian yang ada di lemari ini. Usai itu, kita makan dan jalan-jalan berkeliling kota menikmati malam. Karena saat ini keramaian dan pertunjukan pasar malam," kata Laila.

Pemuda itu menuruti perkataan Laila. Dia mandi dan berganti pakaian. Setelah itu mereka menuju ruang makan. Alamsyah dipersilahkan tuan rumah untuk mencicipi hidangan yang tersedia di atas meja. Karena seharian mencangkul di sawahnya, Alamsyah sangat lapar, dan dia menikmati makanan dengan lahap.

Setelah makan, mereka berkeliling kota dengan menaiki kuda. Sepanjang perjalanan Alamsyah tak henti-hentinya mengagumi keindahan kota tersebut.

Ketika istirahat di sebuah bangku taman, Laila bertanya pada Alamsyah. "Kalau saya perhatikan, Abang sangat gembira. Sepertinya Abang belum pernah menikmati kegembiraan seperti ini?" Tanyanya.

"Ya, baru inilah saya menikmati perjalanan yang menyenangkan. Sehari-hari saya hanya bekerja membanting tulang di ladang. Semua itu Abang lakukan untuk menghidupi keluarga dan demi mewujudkan impian Abang," jelas Alamsyah.

"Memangnya apa impian Abang itu? Ya, siapa tahu Laila bisa membantu," Laila menatap lelaki di depannya.

"Abang pernah bermimpi memiliki rumah yang bagus dengan isteri cantik. Tapi mimpi Abang yang paling menganggu adalah ingin menikmati perjalanan dengan pesawat terbang. Abang ingin merasakan terbang di antara awan dan melihat keindahan kota Jakarta," jelas Alamsyah panjang lebar.

"Di alam orang Bunian, impian Abang bisa aku wujudkan. Sekarang pegang tanganku dan pejamkan mata Abang, dan jangan buka sebelum aku perintahkan!" Kata Laila sambil merapatkan lima jarinya ke jari Alamsyah.

Bagai dihipnotis, Alamsyah menuruti permintaan Laila. Perlahan, dia memejamkan matanya. Agak lama berlalu, kemudian terdengar suara lembut Laila, "Bukalah matamu, Bang, dan perhatikan di sekeliling kita!"

Saat membuka matanya, Alamsyah terkejut, karena dia sudah berada di Bandara Polonia, dan sedang berjalan dengan Laila menuju ke sebuah pesawat. Perlahan tapi pasti, Laila membimbing langkah Alamsyah menaiki satu-persatu anak tangga pesawat.

Alamsyah tidak mengerti bagaimana dia dan Laila bisa sampai di sana? Padahal jarak dari kampungnya ke Bandara yang ada di kota Medan itu bisa memakan waktu satu hari perjalanan.

Alamsyah juga heran, sepertinya tidak ada orang yang peduli dan memperhatikan kehadiran mereka di sana. Setiap orang masing-masing sibuk dengan urusan dan bawaannya sendiri, saat akan menaiki badan pesawat.

Sampai di dalam pesawat, Laila membawa Alamsyah ke ruangan pilot. Dari sana mereka melihat bagaimana pesawat itu mulai melakukan penerbangan. Saat itu perasaan Alamsyah sangat senang, karena dia dapat merasakan berada di dalam pesawat terbang.

Dari atas pesawat, Alamsyah memperhatikan rumah-rumah di bawah yang sudah tampak setitik, dan selanjutnya hilang di balik awan. Dan pemandangan hanya seputih awan saja. Dari pengeras suara, Alamsyah mendengar pengumuman bahwa sesaat lagi pesawat akan mendarat di Ibukota Negara Jakarta, tepatnya di banda Halim Perdanakusumah, ketika itu. Alamsyah pun bersiap-siap hendak turun.

Tapi dia juga heran, sebab Laila yang membawanya naik pesawat tidak berada di sisinya lagi. Alamsyah berjalan mencari-cari di dalam pesawat tersebut. Hingga, akhirnya pesawat mendarat, dan satu persatu penumpang turun, Alamsyah tak menemukan Laila.

Dalam kegalauannya mencari Laila, Alamsyah melangkahkan kakinya menuruni anak tangga pesawat. Saat kakinya menjejak di tanah, cahaya matahari menyengat kulit tubuhnya, dan menyilaukan matanya. Nah, ketika itulah keanehan terjadi.

Alamsyah yang sebelumnya berpakaian bagus, ketika itu berubah berpakaian lusuh, seperti akan ke sawah. Dua orang petugas Banda yang melihat penampilannya tersebut heran pada kehadiran Alamsyah di bandara, sebab dengan pakaian seperti orang yang akan berangkat ke sawah; celana komprang, baju lusuh, dan topi caping bertengger di kepalanya, Namun, orang berpenampilan lusuh itu baru saja turun dari pesawat. Padahal di zaman itu, orang yang bepergian dengan pesawat, hanyalah para pejabat ataupun orang kaya saja. Mereka sudah tentu berpakaian bagus.

Ketika petugas menanyakan tiketnya, Alamsyah tidak tahu, karena menurut pengakuannya dia menaiki pesawat dengan sebab diajak seorang gadis cantik bernama Laila.

Petugas yang memeriksa Alamsyah semakin kebingungan, bahkan kemudian menganggap Alamsyah orang gila. Bayangkan saja, setiap kali ditanya petugas, Alamsyah hanya bisa menyebut-nyebut nama Laila yang telah membawanya. Ketika ditanyai nama, alamat dan darimana sia berasal, Alamsyah sudah tidak tahu lagi, yang keluar dari bibirnya hanya nama Laila saja.

Setelah ditahan selama satu minggu oleh petugas, dan terbukti tak membawa benda-benda berbahaya, saat pesawat akan berangkat ke Medan, Alamsyah dititipkan untuk diperiksa di Medan, karena menurut dugaan petugas dia berasal dari sana.

"Namun, Tuhan berkehendak lain, sejak itu Alamsyah menjadi bisu dan tidak tahu siapa dirinya lagi. Hingga aparat keamanan melepaskannya. Beberapa orang warga desa ini menemukan Alamsyah di jalanan setelah enam bulan dia menghilang, dan dalam kondisi seperti yang Nak Iwan lihat tadi, dia bisu dan kurang ingatan," jelas Pak Umar di akhir ceritanya.

Aku pun terdiam. Ah, betapa sulit diterima akal sehat kisah mistis yang dialami oleh Alamsyah ini. Wallahu'alam!

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar